
Serial Horror Zombie Out Break yang berisi seragam penuh darah ini mirip Higihschool of the Dead yang bener-bener berpusat disekitaran remaja-remaja SMA. Lengkap dengan permasalahan Coming Edge nya.
Nilainya : 2.8/5
Diangkat dari webtoon, serial ini punya struktur ga ubahnya The Walking Dead dalam versi SMA. Lengkap sama drama remaja dan percintaan mereka.
Bercerita tentang sekolahan yang punya guru IPA bisa menciptakan virus yang bikin orang jadi zombie. Terus sisanya ya tipikal genre survival pada umumnya.
Dipenuh dengan wajah-wajah muda yang meski beberapa cuma muncul sekedarnya. Terus pemeran murid-murid yang berubah jadi Zombie itu cukup mengesankan. Pantas untuk diapresiasi.
Baik praktikal maupun visual efek, semuanya mantap. Pengambilan gambarnya juga mendukung nuansa tegang dan mencekamnya.
Eps pertamanya dibuka dengan slow phase yang kemudian diltutup dengan kekacauan. Tipikal genre seperti ini. Dan setelah itu kembali melambat karena serial ini punya 12 eps untuk diisi.
Banyak keputusan bodoh yang membuat permasalahan jadi bertambah rumit memenuhi sebagian besar serial ini. Itu karena para karakternya memang masih anak sekolah. Yang labil dan lebay. Yang dikata-katai dikit merasa dunia nya udah berakhir.
Tapi hal itulah yang membuat serial ini beda dari serial sejenis. Cerita yang cukup menarik buat diangkat.
Ironi dan tragis yang kerap jadi ciri khas genre survival horror, masih tetep ada. Dan jadi kerasa sedikit beda karena para remaja yang mengalaminya.
Karakter-karakter kuncinya sih, standar aja. Cuma si guru IPA itu aku merasa simpati dan paham mengapa dia melakukan hal tersebut. Gegara anak dibully, dia nyaris memusnahkan umat manusia. Jenius memang beda. Difinisi dari the greatest father of all time.
Dan kaya kasih pesan samar bahwa kamu bisa ngelawan kalau dibully. Kalau sampai kamu dibully terus-terusan berarti ada yang salah dengan kamunya. Kaya anak si guru IPA ama murid cowok yang ada di atap. Mereka antara udah nyerah, atau emang dasarnya pengecut. Setidaknya itu yang kutangkep dari apa yang digambarkan dalam serial.
Sedangkan yang kurang dari serial ini menurutku, disamping cerita karakter-karakter kuncinya yang cukup standar dan biasa aja, adalah penempatan komedinya.
Adegan menegangkannya kerasa banget, tapi entah kenapa setiap kali coba disisipi adegan kocak atau konyol jatuhnya malah cringe gitu. Kerasa kaya film anak-anak. Kerasa dipaksain gitu.
Ya mungkin cuma akunya aja sih.
Overall cukup menghibur. Cuma sedikit dragging melihat kisah yang hanya beberapa hari di dalam sekolahan, dan bahkan tidak membahas karakter dengan mendalam itu harus dalam format 12 eps.
Menurutku serial ini bisa pake format 6 eps yang biasa di pakai Netflix. Atau 8 eps kaya si Silent Sea. Karena beda dengan Walking Dead yang berada di alam terbuka dan bertemu banyak penyitas. Serial ini cuma pindah dari satu kelas ke kelas yang lain.
Jadi adegan tengah-tengah seri antara eps 3 sampai 9 dengan karakter yang ujung-ujungnya ga berdampak pada plot atau karakter kunci itu, harusnya bisa dipotong.
Perbanyak adegan karakter yang cukup penting. Semisal si bapak pemadam kebarkaran, si kakak atlit panahan, pihak kemiliteran, atau bahkan si guru IPA. Kisah mereka lebih menarik dibanding si detektif, si streamer, atau bahkan beberapa dari karakter kuncinya.
(Coba bikin spin-off kisah superhero si ketua kelas ama si cowok sahabatnya yang mati di gedung kontruksi itu dibangkitkan kembali menjadi sesama Ajin. Pasti lebih seru.)
Sedang adegan seru dan tegangnya boleh dipertahankan, asal jangan sampai terkesan sengaja dipanjang-panjangin untuk mengisi durasi.
Al-hasil akan jadi sedikit annoying saat di binging. Dan karena ini di Netflix jadi sudah sewajarnya dibinging, kan?
Ya, untung bisa di fast foward atau di skip-skip adegannya. Kaya yang ku lakukan. Tapi itu berarti serial ini gagal buat dinikmati, kan?
Sedang endingannya cukup bagus. Tipikal cerita Zomhie yang ngegantung. Tapi aku tidak berharap ada season 2 nya kalau format penuturan ceritanya masih sama kaya yang ini.