Komen Drakor : Hi Bye, Mama!

Cinca? Dengan tema sesederhana itu perlu sampai 16 episode? Aigo…

Betewe, tulisan ini akan mengandung spoiler secara ga sadar. Jadi beware.

Serial drama korea yang ngusung isu tentang ‘menghadapi kehilangan‘ ini mengangkat tema kasih ibu dan anak. Dengan bumbu fantasy supranatural.

Berkisah tentang seorang ibu (Cha Yu-Ri) yang sudah mati, terus 5 tahun kemudian berubah jadi manusia selama 49 hari.

Episode pertamanya kasih gambaran gimana nuansa dari serial ini secara keseluruhan. Drama komedi yang supermelo. Mirip ama serial drakor jadul berjudul Endless Love. Yang isinya orang nangis. Cuma yang ini masih diselingi komedi yang cukup ceria buat penyeimbang. Agar supaya tidak terkesan terlalu depresi.

Secara keseluruhan temanya menarik. Juga perpaduan komedi dan elemen supranaturalnya cocok. Tapi yang jadi masalahku adalah fasenya lambat banget. Aigo…

Terlalu banyak nyumpel cerita tambahan yang ga berhubungan ama inti cerita. Terlalu banyak ngasih adegan beberapa tokoh utama yang ga perlu atau ga mempengaruhi cerita utama. Dan slow motion zoom in adegan ala Bollywood, untuk hyperdramatisasi. Juga pengulangan adegan, atau flash back.

Gaya lompat adegannya bagus menurutku. Maju mundur flash back. Asal tujuannya untuk melengkapi keseluruhan narasi, perulangan adegan itu bagus-bagus aja. Tapi kalo terus mengulang adegan yang sama untuk mengingatkan sesuatu yang baru beberapa menit kita tonton, itu sangat mengganggu. Apa lagi kalau kita nonton nya banging alias marathon. Mungkin aja ga terlalu annoying kalo nontonnya perminggu. Tapi aku pasti bakalan drop ditengah-tengah kalo nontonnya perminggu. Soalnya alurnya lambat banget. 😦

Terus gimik scene pembuka dan penutup tentang masa lalu itu cukup bagus, tapi kenapa kadang ga nyamhung ama narasi cerita berjalan. Ga ada tema yang menghubungkan adegan itu ama kisah yang sedang berlangsung di episode itu. Kaya ditaroh buat biar durasi episodenya pas 1 jam.

Lalu bicara tentang subplot. Di awal episode aku nebak si tokoh utama akan nyelesain kasus-kasus dari hantu lain dalam sepanjang serial. Jadi masuk akal dengan tema sesederhana itu bisa jadi 16 episode.

Tapi ternyata aku salah. Ceritanya ya cuma tentang si Yu-ri yang ga fokus mau ngapain biar durasinya pas 16 episode. Padahal cerita tambahan ato substory nya dibikin buanyak, tapi dibiarin gitu aja. Kaya kisah si dukun teladan sok-sok men in black yang ngincer anaknya Yu-ri. Itu substory dibiarin gitua aja tanpa dikasih penutup yang layak. Kaya cerita karakter itu cuma crossover dari ferita lain gitu. Juga ama kisah-kisah kecil dari para hantu yang lain. Sangat disayangkan. 😦

Disamping itu ada beberapa hal yang ngeganjel dihati dari serial ini. Ga terlalu mempengaruhi cerita, sih. Cuma akunya aja yang merasa janggal.

Pertama itu jelas keberadaan Yu-ri si tokoh utama ini hidup kembali. Ga ada yang sadar kalo dia hidup lagi. Padahal dia tinggal di kampung yang sama selama bertahun-tahun. Di lingkungan dan rumah yang sama juga. (rumah keluarganya) Masa ga ada sama sekali tetangga yang mempergoki dia, terus jadi geger masuk tivi sih? Padahal di era serba viral sekarang ini. Berasa dia hidup lagi pake raga orang lain, apa?

Dan juga dengan santainya keluar masuk rumah sakit tempat kerja suaminya tanpa menjadi heboh. Yang mana dulu dia meninggal disitu. Ya masa baru selisih 5 thn udah pada pindah semua pekerjanya? Sampai ga ada yang ngenalin dia lagi? Apa lagi si kepala dokter ama asisten perawat itu pada tahu dia istrinya siapa.

Terus yang kedua jelas karakter cowoknya. Aku ga suka cara karakter ini dibangun. Bukan karena karakternya yang pecundang, ga tegas, dan over bucin. (Juga bukan masalah ama trauma dan rasa bersalah yang dia terima) Karena meski semua itu sangat menyebalkan, tapi masih mungkin ada orang yang punya sifat kaya gitu.

Tapi yang aku ga suka dari karakternya itu adalah; dalam sepanjang 16 episode, karakter ini cuma berkembang pas di episode 13 ke atas. Yang bikin karakter ini jadi sangat menganggu hampir disetiap adegan sadboy nya di sepanjang 12 episode, menurutku. (yang adegannya selalu ku skip2)

Kalau itu bukan tokoh central yang punya jumlah adegan yang cukup banyak, kaya si ibu tiri sih, gapapa. Dan karena hal itu tadi, jadilah karakter fowok ini kehilangan momen pas mulai meledak-ledak ga jelas di akhir-akhir episode. Ku tulis ga jelas karena emang ga jelas. Di satu episode rela nyerein istri, di episode lain galau karena anak jadi bisa liat arwah. Terus di episode berikutnya lagi tiba-tiba jadi legowo karena di kasih tau ama orang-orang.

Semua itu terkesan dipaksakan karena karakter cowok itu mengalami galau pas di dua episode terakhir. Jadi ga ada ruang untuk ngeliatin bagaimana dia mulai berusaha secara bertahap untuk legowo. Aigo… Bahkan penonton ga dikasih tahu apa dia berhasil mengalahkan trauma dan penyakit ruang sempitnya atau ngga.

Lalu juga ada beberapa karakter kroco yang dikasih porsi lebih tapi ga ngaruh apa-apa. Ga berpengaruh dalam cerita, atau tokoh utama. Bahkan ga ada perubahan dari si karakter itu sendiri. (karakter nenek yang anaknya sakit kangker) Kecuali murni untuk menambah adegan sedih aja. Biar penonton bisa ikut mewek bersama. Yang memang sepertinya itulah tujuan utama dari serial ini. Memancing orang nangis pake adegan orang nangis. Meski ga dibutuhkan dalam cerita.

Padahal menurutku porsi ibu tokoh utama atau si ibu tiri anaknya itu yang harusnya di banyakin, kalau dari awal emang udah di set temanya tentang keluarga, ibu, dan anak. Karena hampir seluruh cerita dari tokoh pembantu juga berkutat pada hubungan ibu-anak, ato ayah-anak. Dan pas juga ama judulnya yang pake kata : Mama!

Terus ngapa ada Bucin ga jelas dalam tema tersebut? Aigo…

Lagian lebih menarik bila itu serial menitik beratkan pada kisah tentang kasih dua ibu pada anak.

Juga akan lebih sesuai tema bila sebuah kehilangan jadi ‘hard to handle‘ atau susah diterima, karena cinta orang tua. Bukan karena keposesifan. Aigo…

Atau mungkin karena tema itu udah pernah dipake dan ga original lagi, jadi harus di modif? Aigo, aigo…

Terus Endingnya ga juga berasa gamang aja gitu. Ga ada payoff sama sekali. Ngelakuin semacam to do list tapi ga ada pengaruhnya. Karena selama 6 atau 7 episode si tokoh utama itu sudah melakukan hal tersebut, kenapa harus diulang terus di kasih label spesial untuk endingan? Aigo…

Penutupan dengan si dukun dan si ibu tiri juga Aigo….

Bahkan saat anaknya bilang selamat tinggal ke mamahnya, itu ga berdampak begitu besar bagiku kalau ga di bantu dengan latar musik yang melo.

Itu karena ga pernah ditunjukan hubungan secara emosional si tokoh Yu-ri dengan sang anak. Ga ada dialog mengena antara mereka berdua. Yang ada cuma si tokoh utama stalking ama muji-muji anaknya. Kalo ngga bertingkah hyperaktif mencoba menyelamatkan anaknya dari gangguan yang ga meyakinkan sama sekali.

Paling yang cukup baik cuma penutupan ama ibunya si tokoh utama. Meski pergerakan kisah dengan si ibu itu baru dimulai di 5 episode terakhir dari total 16 episode. Aigo….

Pokonya serial ini penuh dengan kata Aigo sambil geleng-geleng kepala. Padahal banyak potensinya tapi di biarkan saja dan mengejar orang nangis. Padahal bikin orang mewek ga harus dengan mengumbar adegan orang mewek juga.

Jadi Nilainya : 5/10
2 buat tokoh-tokoh konyol yang meceriakan suasana, 2 lagi buat mbak-mbak pegawai TK nya yang uwu-uwu banget. Dan yang 1 baru untuk keseluruhan dari serial ini.

Aku bertahan nonton serial ini sampai kelar cuma karena ada si ibu tiri yang cakepnya kaya Sancai itu. Dah bye.

#komendrakor #HiByeMama!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.